Download GRATIS PDF dan 3 Video Kaya dari Properti TANPA MODAL

Tuesday, October 21, 2008

How A Taxi Driver Became A Bank President

BAGAIMANA SEORANG SUPIR TAKSI
MENJADI SEORANG DIREKTUR BANK


Semua dimulai ketika penerbangan saya ke Cebu tertunda selama 5 jam.


Ketika para penumpang lain di sekeliling saya bersikap seperti gunung
berapi yang siap meletus, mengutuki bencana yang menimpa kami – saya
tersenyum dan menutup mata. Kontan, saya merasa damai. Saya
berbisik, “Tuhan, Engkau punya sebuah kejutan istimewa bagi saya.”

Dan dalam beberapa menit, saya mendapatkan hadiah saya.

Kejutan istimewa itu adalah Ray, seorang pria yang memberkati saya
dengan hidupnya. Ia juga memberi saya ide-ide kunci bisnis yang akan
melipat-gandakan penghasilan saya.

Ia menyapa saya dengan jabatan tangan yang kuat dan sebuah senyuman
bersahabat. “Saya menonton Anda di TV,” katanya, “dan saya meng-sms
keluarga dan teman-teman saya untuk menonton Anda.”

Seperti saya, penerbangan Ray ke Mindanao juga tertunda selama 8
jam. (Semua penerbangan hari itu mengalami keterlambatan. Bandara
terlihat seperti sebuah kamp penampungan dengan orang-orang duduk di
lantai dan kerumunan yang mengemis makanan dari staf maskapai
penerbangan.)

Saya tidak tahu kenapa, tapi saya merasakan suatu koneksi dengan pria
di depan saya ini.

Belakangan, saya baru tahu alasannya.

Sembari duduk di sebuah kafe dan memesan kopi, Ray menceritakan pada
saya kisah hidupnya. Saya begitu terperangah oleh pengalamannya,
hingga melupakan kopi saya sama sekali.

“Saya ikut Sekolah Alkitab dan menjadi seorang pendeta,” katanya.
“Saya merintis sebuah gereja kecil.” Tapi setelah menjadi seorang
pendeta selama 3 tahun, tragedi menimpa. Isterinya mengalami
keguguran dan kehilangan seorang bayi laki-laki. Cobaan ini membuat
Ray lebih berpikir tentang keluarganya.

“Menjadi seorang pendeta sangat kesepian,” jelasnya. “Semua masalah
domba-domba saya adalah masalah saya. Tapi semua masalah saya adalah
hanya milik saya! Maka saya meminta umat saya untuk menggembalakan
pendeta mereka juga.” Secara perlahan, ia mendelegasikan tugasnya
kepada jemaatnya karena ia merasakan suatu kebutuhan untuk berfokus
pada keluarganya – khususnya kebutuhan finansial mereka.

Selama 6 tahun ia bergabung dan bekerja di suatu perusahaan besar
sebagai Regional Manager untuk seluruh Mindanao (daerah Selatan
Filipin). Ia mempunyai penghasilan 50.000 Peso sebulan (sekitar US$
1.000), sejumlah angka yang besar ketika itu. Namun pada akhirnya, ia
tetap tidak punya uang. Sebenarnya, ia berhutang hingga sejumlah 1,2
juta Peso (sekitar US$26.000) – termasuk suatu jaminan penahanan.

Untuk bertahan dan memberi makan anak-anaknya, ia yang dulunya
Regional Manager menjadi seorang Supir Taksi. Sungguh suatu
pengalaman yang membuat kita belajar untuk menjadi sangat rendah
hati. Tapi ia memetik suatu pelajaran penting yang akan mengubah
hidupnya selamanya.

Sekarang Ray hanya berpenghasilan 350 Peso sehari – sangat jauh dari
penghasilannya sebelumnya. Tapi di sinilah ia belajar bagaimana
mengatur uangnya.

Di sinilah ia belajar bagaimana untuk hidup dengan keinginan-
keinginannya.

Di sinilah ia belajar bagaimana menabung.

Ray berkata, “Orang-orang senang mengatur sesuatu yang mereka tidak
miliki. Itulah sebabnya mereka miskin. Dengan meminjam barang-barang
yang tidak sanggup mereka beli. Selama tahun itu sebagai seorang
Supir Taksi, saya belajar mengatur apa yang saya miliki. Dan saya
sebenarnya lebih baik berpenghasilan 350 Peso sehari daripada 50.000
Peso sebulan! Karena sekarang, saya belajar untuk mengatur uang
saya.”

Setelah setahun menjadi seorang Supir Taksi, ia meminjam uang
secukupnya untuk membeli sejumlah taksi dan menjadi seorang Operator
Taksi. Tapi itu hanyalah sebuah langkah transisi untuk belajar
bagaimana menjalankan sebuah bisnis. Tujuannya sebenarnya adalah
untuk berada dalam bisnis “uang”.

Ray ingin memiliki sebuah bank.

Maka langkah pertamanya adalah bekerja di sebuah Bank Daerah – tanpa
meminta gaji. Ia hanya ingin belajar. Dan 3 tahun kemudian, ketika
ia sudah cukup belajar, Ray membangun Bank Daerah miliknya sendiri.

Sekarang, Bank Daerahnya semakin kuat. Sejauh ini, setelah 7 tahun,
banknya telah memberi pinjaman mikro kepada lebih dari seribu orang di
kotanya, menyediakan modal untuk usaha kecil mereka. Dan dengan 97%
efisiensi pembayaran kembali! Karena hal ini, banknya telah mengubah
hidup kaum miskin. Ia mengajar mereka kebiasaan menabung,
menginvestasi, dan berbisnis.

Ray menjelaskan, “Saya bertanya pada orang-orang, ‘Apakah Anda mau
menjadi makmur? Apa yang Anda miliki? Anda mungkin tidak punya
uang. Tapi Anda punya waktu. Tidak hanya waktu, tapi waktu untuk
belajar. Maka gunakan itu! Bergabunglah dengan sebuah perusahaan
asuransi dan menjadi seorang agen. Atau bergabunglah dengan sebuah
perusahaan dan menjual produk mereka. Yang terpenting adalah belajar
– dan dari situ, kembangkan. Jangan mencari pekerjaan untuk
menghasilkan uang. Cari pekerjaan untuk belajar! Dan jangan memulai
sebuah usaha untuk menghasilkan uang. Berkecimpunglah dalam sebuah
bisnis untuk belajar! Uang akan mengikuti.”

Ia melanjutkan, “Beberapa orang memulai sebuah bisnis dan ingin
langsung menghasilkan. Tapi hal itu tidak bijaksana. Memulai sebuah
bisnis seperti sebuah ketapel. Anda harus menarik ke belakang. Hal
itu berarti membersihkan jalan. Ambil waktu menarik ke belakang.
Karena ketika waktunya untuk melepaskan, Anda akan terkejut bahwa
bisnis Anda akan dengan cepat mencapai target.”

Ray adalah seorang Pengusaha Berseri. Di belakang kartu namanya
terlihat daftar bisnisnya yang lain: sebuah perusahaan konstruksi,
sebuah perusahaan manajemen properti, salon, restoran – plus beberapa
lagi.

“Saya tidak pernah mengatur bisnis saya,” katanya, “Saya
mempercayakannya pada orang-orang yang dapat melakukannya dengan lebih
baik. Saya menjadikan mereka bagian dalam kepemilikan. Itulah
sebabnya saya dapat memiliki banyak bisnis.”

Sembari mendengarkan Ray berbicara, saya merasa seperti mendengarkan
kotbah saya.

Kami berdua memiliki kepercayaan yang sama tentang uang.

Kami berdua Pengkotbah yang membahas kebutuhan-kebutuhan praktis
orang-orang.

Kami berdua Pengusaha Berseri.

Dan kami berdua berjuang melawan kemiskinan dengan mengajarkan tiga
hal pada orang-orang Filipin: (1) sebuah spiritualitas praktis, (2)
suatu pola pikir finansial yang lebih positif, dan (3) kemampuan
finansial.

Oh, satu hal terakhir: Kami berdua mencintai keluarga kami.

Di bandara, saya bertemu isteri tercinta Ray dan putri mereka yang
cantik.

Saya merasakan kebahagiaan dalam keluarganya. Menyegarkan rasanya.

Hari itu, bencana saya berubah menjadi sebuah berkat yang kaya.

Tidak hanya bagi saya, tapi bagi setiap orang yang sedang membaca
blog ini sekarang.

Berbicara dengan Ray membuat saya lebih sadar dari sebelumnya bahwa
kita tidak pernah boleh mengatakan pada diri sendiri, “Saya mengalami
kemacetan dan tidak dapat bergerak. Hidup saya tidak akan berubah.”

Teruslah bermimpi, teman.

Tuhan punya sebuah rencana yang luar biasa bagi hidup Anda.

Kejarlah itu dengan penuh semangat.



Semoga impian Anda menjadi kenyataan,

Bo Sanchez





--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
di posting tanpa di-edit
Sumber "Milis Bo Sanchez" Google Groups.