Download GRATIS PDF dan 3 Video Kaya dari Properti TANPA MODAL

Sunday, October 2, 2011

"APAKAH ANDA SEORANG PENGEMIS ATAU SEORANG PETANI?"



Ini adalah pesan utama Tuhan bagi Anda hari ini: Tuhan memberi biji,
bukan buah. Ketika Tuhan memberi buah, Ia benar-benar memberikan biji
dalam buah.

Sekarang saya mengerti mengapa orang-orang berpikir kalau Tuhan itu
kikir.

Karena mereka berharap Tuhan terus memberi mereka buah.

Namun Tuhan tidak terus memberi buah. Ia memberi biji. Agar Anda
akan selalu memiliki buah kapan pun Anda mau.


ANAK SAYA SUKA MENYANYI

Setiap hari, anak saya Francis yang berusia 5 tahun selalu bernyanyi.

Sebenarnya, ia tidak berhenti menyanyi.

Suatu hari, kami melakukan perjalanan dari Cubao ke Alabang –
perjalanan selama satu jam. Dari sejak kami meninggalkan Cubao hingga
saat kami tiba di Alabang, Francis menyanyikan dengan keras,
Tomorrow. Lagu itu seperti putaran. Di saat ia mengakhiri lagu itu,
ia akan mulai menyanyikannya lagi.

Setelah kami mendengarkan lagu itu 6 atau 7 kali, saya mengatakan pada
anak saya, “Cukup, Francis.” Tapi ia menolak. Ia mengucapkan satu
kalimat yang mengejutkan saya. Ia mengatakan, “Tapi Ayah, dengan
begitu saya akan menjadi lebih baik.”

Ya , ia ingin menjadi lebih baik.

Itulah sebabnya ia menyanyikan lagu itu 28 kali sepanjang perjalanan
tersebut.

Mengapa? Pada usia 5 tahun, ia mengerti pentingnya untuk
mengembangkan berkat dari Tuhan.


DUA TIPE ORANG

Saya akan mengulangi pesan utama Tuhan bagi Anda hari ini: Tuhan
memberi biji, bukan buah.

Tapi kita menyukai buah, bukan biji. Maka kita memakan buahnya dan
membuang bijinya.

Itu gila.

Saya akan jelaskan betapa gilanya hal itu.

Bayangkan Anda seorang multi milyuner. Dan Anda memutuskan untuk
memberi teman Anda satu juta rupiah. Maka Anda memasukkan satu juta
rupiah dalam sebuah kotak dan membungkusnya. Anda berjalan
menghampiri teman Anda dan memberinya hadiah besar tersebut. Teman
Anda berkata, “Wow, terima kasih banyak!” Dan sambil membuka hadiah
tersebut, ia berkata, “Bungkusnya sangat indah!” Kemudian ia membuang
kotak itu dan pergi, dengan bungkusnya di tangan.

Bodoh?

Itulah yang kita lakukan ketika kita lebih suka buahnya daripada
bijinya.

Inilah hal rohani yang paling penting: Ada dua tipe orang ketika kita
berbicara soal menerima berkat. (Sebenarnya ada tiga tipe, tapi saya
akan membahas yang ketiga nanti…)
1. Pengemis
2. Petani

Pertanyaan: Siapakah Anda?


1. POLA PIKIR PENGEMIS

Banyak orang rohani mempunyai pola pikir seorang pengemis.

Mereka ingin Tuhan memberi mereka buah. Tapi mereka tidak tertarik
untuk menanam dan menumbuhkan biji – agar mereka bisa memiliki
persediaan buah seumur hidup.

Perlu diketahui bahwa kita semua mulai dengan sebagai pengemis.

Saya yakin ketika Anda lahir, Anda kita tidak keluar sebagai seorang
pria berusia 35 tahun dengan berkumis. Atau seorang wanita berusia 42
tahun dengan selulit di kakinya.

Anda keluar sebagai seorang bayi.

Jika seorang bayi menangis karena lapar, Anda tidak mengatakan
padanya, “Carilah susumu sendiri! Kamu gemuk, bayi pemalas!” Atau
jika seorang bayi menangis karena basah, Anda tidak melempar popok
kepadanya dan berkata, “Ganti sendiri!”

Bayi adalah pengemis.

Inilah masalahnya. Semua orang tidak pernah bertumbuh! Mereka tetap
sebagai bayi seumur hidup mereka.

Orang-orang Israel mulai sebagai pengemis di gurun.

Ketika para budak Israel melarikan diri dari Mesir, mereka harus
melewati gurun pasir. Ketika mereka lapar, Musa berdoa pada Tuhan
untuk memberi mereka makan. Maka suatu pagi, ketika mereka bangun,
mereka melihat benda ringan berwarna putih tergantung di pohon.

Orang-orang Israel melihatnya, mengambilnya, menyentuhnya, menciumnya,
mencicipinya, dan bertanya, “Apakah ini?” Pertanyaan itu adalah arti
dari kata, manna.

Bisa Anda bayangkan? Hal itu seperti terbangun di suatu pagi, melihat
keluar jendela Anda, dan melihat brownies tergantung di pohon.
Bukankah itu seru?

Setelah beberapa hari, orang-orang Israel mulai mengeluh. “Roti kami
tak ada isinya.”

Maka Tuhan mengirim burung-burung bodoh yang terbang dengan rendah,
bergerak lambat yang disebut burung puyuh yang mengatakan, “Tangkap
saya, tangkap saya!” Dan orang-orang Israel itu menangkap burung-
burung itu, menaruhnya dalam roti mereka, dan memakannya untuk
menyenangkan hati mereka.

Bayangkan melahap makanan yang jatuh dari langit. (Saya dan anak-anak
menonton sebuah film kartun, Cloudy With A Chance Of Meatball. Jika
Anda menontonnya, Anda tidak perlu membayangkannya.)

Bagaimana hidup bisa lebih baik dari itu? Tapi sayangnya, ada
masalah.


PENGALAMAN SAYA SEBAGI SEORANG PENGEMIS

Ketika saya mengalami pertobatan rohani lebih kurang 30 tahun lalu,
saya ingat saya bergantung sepenuhnya pada manna Tuhan.

Sekali waktu, saya bahkan tidak menerima gaji saya sebagai seorang
misionaris. Saya ingin sungguh-sungguh bergantung pada Tuhan.

Saya ingat tidak punya uang untuk transportasi.

Setelah berkotbah di suatu persekutuan doa, terkadang saya adalah
orang terakhir yang meninggalkan tempat itu, karena saya tidak punya
uang untuk pulang. Saya menunggu seseorang yang menawarkan untuk
mengantar saya pulang atau membayarkan ongkos bis saya.

Ada hari-hari dimana saya sedang berjalan di EDSA, sambil berdoa kalau-
kalau ada seseorang yang mengenali saya dan menawarkan tumpangan untuk
saya. Tiba-tiba, sebuah mobil berjalan di dekat saya. Saya
kegirangan. Yes, Tuhan menjawab doa saya! Sang pengemudi menurunkan
kacanya dan bertanya, “Maaf, numpang tanya. Di mana Jalan Aurora?”

Setelah saya memberitahunya arah yang dituju, ia berterima kasih dan
melaju dengan kencang. Pada akhirnya malam itu saya tetap berjalan
kaki sejauh beberapa kilometer.

Akhirnya, 13 tahun lalu, sekelompok teman mengumpulkan uang dan
memberi saya sebuah mobil!

Oh ya, menjadi seorang pengemis ada bagian yang menyenangkan juga.
Rasanya mendebarkan melihat manna dari surga, yang jatuh dari langit.

Saya selalu mempunyai pola pikir pengemis hingga saya menikah.

Sebelum saya meminta tangan Marowe dalam pernikahan, saya memerlukan
sebuah cincin pertunangan. Tapi saya hanya mempunyai sedikit uang.

Saya pergi ke sebuah toko perhiasan dan menanyakan cincin berlian.
Penjaga toko yang baik hati menunjukkan saya sebuah cincin yang
indah. Saya menanyakan harganya. Ketika ia menyebutkan suatu angka,
saya langsung pingsan. Ketika saya sadar, saya bertanya apakah ia
mempunyai cincin lain tanpa tiga angka nol di belakangnya. Maka ia
menunjukkan cincin lainnya lagi. Saya berusaha dengan keras, tapi
saya tidak bisa melihat berliannya. Saya bertanya, “Apakah Anda
mempunyai sebuah mikroskop?” Tapi sayang, bahkan untuk yang itu, saya
tidak mampu membelinya.

Seorang teman mendengar kesulitan saya dan berkata, “Ibu saya memberi
saya sebuah cincin. Jika kamu menginginkannya, ambillah.”

Maka pada malam yang istimewa itu, saya berlutut di hadapan Marowe dan
bertanya padanya, “Maukah kamu menikahi saya?” Ketika ia mengatakan
“Ya”, ia tidak pernah tahu bahwa saya begitu miskin, dan saya
memberinya sebuah cincin pertunangan yang bukan milik saya.

Oh ya, menjadi seorang pengemis ada keuntungan tersendiri. Sangat
menyenangkan melihat bagaimana Tuhan menyediakan bagi saya.

Tapi setelah melihat kembali, saya menyadari bahwa menjadi seorang
pengemis mempunyai dua masalah besar:
Masalah 1: Pengemis tidak banyak bertumbuh.
Masalah 2: Pengemis tidak banyak memberi.


MASALAH 1: Pengemis Tidak Banyak Bertumbuh

Karena manna muncul secara ajaib di hadapan mereka, orang-orang Israel
tidak pernah belajar bagaimana menggarap tanah, bagaimana menanam biji
yang benar, bagaimana menjaga tanaman, bagaimana menjual produk
mereka.

Yang mereka lakukan hanya menunggu makanan jatuh dari langit.

Dengan kata lain, mereka tidak bertumbuh dalam keterampilan bercocok-
tanam mereka, keterampilan marketing mereka, keterampilan mereka
bekerja kelompok, keterampilan manajemen mereka… Mereka tidak pernah
belajar bagaimana menabung, bagaimana menginvestasi, bagaimana
melipatgandakan sumber saya mereka… Dan yang lebih penting, mereka
juga kehilangan kesempatan untuk bertumbuh dalam karakter mereka –
ketekunan mereka, kesabaran mereka, kemampuan mereka untuk bekerja
keras…

Sebagai contoh, ketika saya memiliki pola pikir pengemis, saya sama
sekali buta soal finansial. Saya sama sekali tidak mengerti soal
mengatur keuangan. Saya tidak tahu apa-apa soal menabung, investasi,
atau bisnis.

Tapi mengemis punya masalah lain…


MASALAH 2: Pengemis Tidak Banyak Memberi

Orang-orang Israel menemukan bahwa ketika mereka menyimpan manna untuk
hari berikutnya, akan busuk. Anda harus keluar dan mengambil manna
yang baru setiap hari.

Alkitab mengatakan, “Inilah roti yang diberikan Tuhan kepadamu menjadi
makananmu… Pungutlah itu, tiap-tiap orang menurut
keperluannya.” (Keluaran 16:15b-16a)

Hal yang menyenangkan dengan manna adalah bahwa itu persis yang Anda
butuhkan. Hal yang tidak menyenangkan dengan manna adalah itu persis
yang…hanya…Anda butuhkan!

Saya selalu mendengar orang Filipina berkata, “Jika saya makan tiga
kali sehari, saya akan senang.” Saya tidak bisa mengatakan pada Anda
seberapa seringnya saya mendengar kalimat ini dari orang-orang yang
sangat beriman.

Di satu sisi, ia sederhana. Senang. Bahagia. Puas.

Di sisi lain, ia egois!

Karena ia hanya memikirkan dirinya sendiri.

Dan banyak orang rohani terjebak dalam pola pikir pengemis ini.
Mereka pikir hal itu menyenangkan Tuhan.

Tanpa menyadarinya, ya, kita semua mulai sebagai pengemis. Tapi itu
bukanlah situasi permanen kita. Dari gurun pasir dengan manna, Ia
ingin kita bergerak ke Tanah Perjanjian dimana ada susu dan madu yang
mengalir.


DUA TINGKATAN BERKAT

Anda dapat hidup di dalam salah satu dari dua tingkatan berkat.

Ada “Cukup” dan ada “Lebih Dari Cukup”.

Di mana Anda hidup saat ini?

Dalam Alkitab, Tuhan menyebut diriNya El Shaddai, Tuhan yang “Lebih
Dari Cukup”.

Teman, Tuhan ingin memindahkan Anda dari “Cukup” ke “Lebih Dari
Cukup”. Satu-satunya hal yang menghalangi Anda untuk pindah dari
“Cukup” ke “Lebih Dari Cukup” adalah pola pikir Anda.

Saya ingat bertemu seorang teman, seorang pengkotbah seperti saya.

Suatu hari ia bertanya pada saya, “Bo, apakah mobilmu juga berjalan
dengan iman?”

Saya bertanya, “Apa maksudmu?”

Ia menceritakan kisah ini. “Biasanya, saya tidak punya uang untuk
membeli bensin. Jadi setiap pagi, saya melihat pengukur bensin saya.
Jika saya melihatnya menunjuk ke “E”, saya meletakkan tangan saya di
dashboard, memejamkan mata, dan berdoa. Saya mengatakan, Tuhan,
sekarang saya menyatakan dengan iman bahwa ‘E’ berarti Enough (baca:
cukup)! Dan kamu tahu Bo? Saya mengemudi dan tiba di tujuan saya.”
Dan di tempat itu, seseorang memberi saya uang untuk membeli bensin…”

Kemudian ia bertanya pada saya, “Apakah mobilmu juga berjalan dengan
iman?”

Saya berkata, “Ya. Dulu, saya juga terbiasa melakukan itu. Saya akan
mengendarai mobil ke pom bensin dan mengisi bensin seharga 4.000
rupiah. Tapi hari ini, Tuhan telah memberkati bisnis-bisnis kecil
saya. Sekarang, ketika saya pergi ke pom bensin, saya mengatakan
“Full Tank”.

Tuhan telah memberi saya biji. Saya telah menumbuhkan biji-biji itu.

Jangan hanya menjadi seorang Pengemis.

Belajarlah untuk menjadi seorang Petani.



2. POLA PIKIR PETANI

Ketika bangsa Israel akhirnya meninggalkan Padang Gurun dan memasuki
Tanah Perjanjian, Alkitab mengatakan bahwa manna pun berhenti.

Lalu berhentilah manna itu, pada keesokan harinya setelah mereka makan
hasil negeri itu. Jadi orang Israel tidak beroleh manna lagi, tetapi
dalam tahun itu mereka makan yang dihasilkan tanah Kanaan. (Yosua
5:12)

Mengapa? Karena sekarang mereka dapat menanam di tanah Tuhan yang
subur.

Maka dari pengemis, mereka menjadi petani.

Dengan kata lain, mereka tidak hanya menerima berkat mereka. Mereka
menerima dan menumbuhkan berkat mereka.

Dan ketika Anda menumbuhkan berkat Anda, Anda menumbuhkan diri Anda.
Anda bertumbuh dalam ketrampilan dan karakter Anda.

Ada 4 Langkah Bertani:
1. Membajak
2. Menanam
3. Bertekun
4. Mendapatkan hasil

Setiap langkah ini penting agar mendapat kelimpahan dalam hidup Anda.

Pengemis ingin melompat langsung ke Langkah 4. Mereka ingin
mendapatkan hasil dan segera memanen.

Namun Langkah 1 hingga 3 penting bagi pertumbuhan Anda.
Saya akan membagikan satu kisah singkat terakhir.

Dua kali dalam hidup saya, saya menerima sebuah mobil – gratis dan
menyenangkan. Tanpa biaya, hal itu datang seolah tersaji di atas
sebuah piring perak. Setiap kali, merupakan momen yang sangat
membahagiakan.

Tapi bulan lalu, saya membelikan diri saya sebuah mobil baru dengan
uang saya sendiri – hasil dari bisnis kecil saya. Dan saya sama
bahagianya.

Namun itu merupakan suatu kebahagiaan yang berbeda.
Ketika saya menerima mobil dengan cuma-cuma, itu adalah kebahagiaan
karena rahmat. Ketika saya membeli mobil saya bulan lalu dari
keringat saya sendiri, itu adalah kebahagiaan dari pertumbuhan.

Mengapa? Mobil itu bukan hanya sebuah mobil. Mobil itu mewakili
pertumbuhan saya sebagai seorang pengusaha. Dan rasanya sangat
menyenangkan.


PERUBAHAN TERAKHIR

Saya akan bagikan hal terakhir yang ingin saya katakan.

Ketika Anda bertumbuh dalam kehidupan rohani, pengemis berubah menjadi
petani.

Tapi ketika saya menyelidiki perubahan jiwa saya, sekarang saya
menyadari bahwa menjadi seorang petani bukanlah tujuan akhir dari
perjalanan rohani kita.

Ada sebuah tahap akhir yang perlu Anda lakukan: Untuk menjadi seorang
petani-pengemis.

Apa artinya menjadi seorang petani-pengemis?

Ketika Anda memegang panenan yang melimpah dalam tangan Anda, Anda
menyadari betapa semuanya – bahkan buah dari hasil kerja Anda – tetap
berasal dari Tuhan.

Pada akhirnya, tidak ada yang menjadi milik Anda.

Segalanya adalah berkat – baik biji atau buah.

Dan Anda memberikannya kembali kepada Tuhan.

Teman yang terkasih, semoga Anda mencapai tahap ini dan menjadi
seorang petani-pengemis bagiNya.


Semoga impian Anda menjadi kenyataan,

Bo Sanchez

*) Sumber Millis Bo Sanchez googlegroups
diterjemahkan oleh Jessica Jeane Pangestu