Download GRATIS PDF dan 3 Video Kaya dari Properti TANPA MODAL

Monday, October 10, 2011

JANGAN MENIPU DIRI SENDIRI DARI HADIAH PERPULUHAN

Shalom,

Sangat sedikit, atau kalau boleh lebih jujur...tidak ada pengajaran
yang pernah kita dengar dalam Gereja Katolik mengenai "Perpuluhan".
Kata yang seringkali mungkin kita identikkan dengan saudara-saudari
seiman kita yang non Katolik.

Saya yakin kita semua tidak ragu dengan kekatolikan seorang Bo
Sanchez. Karena itu, saya juga yakin tulisannya kali ini akan
membukakan mata kita...sebagai umat Katolik...untuk lebih mengerti
tentang topik yang satu ini. Dan tentunya, kita tidak diharapkan
hanya berhenti pada "mengerti" saja...tapi kita diharapkan, didorong,
disemangati...dipaksa (kalau perlu) untuk mempraktekkannya dalam hidup
kita.

Seperti yang pernah Bo katakan, banyak dari kita yang takut untuk
memberi, karena kita berpikir ketika kita memberi kita akan
kekurangan. Tapi justru di sinilah kuncinya. Semakin banyak kita
diberi, semakin banyak kita akan menerima. (Ingat Hukum Tabur Tuai
yang dijelaskan dengan sangat baik dalam bukunya "8 Secrets of the
Truly Rich".)

Bagi saya pribadi, tulisan Bo kali ini juga menjawab beberapa
pertanyaan yang selama ini tersimpan dalam benak saya...seperti: ke
mana saya harus memberi perpuluhan, apakah pemberian saya kepada orang
miskin bisa diperhitungkan sebagai perpuluhan, dsb...dsb...

Untuk lebih jelasnya, silahkan baca terjemahan tulisannya di bawah
ini...

God bless.

in Christ,
Jessica

-------------

JANGAN MENIPU DIRI SENDIRI
DARI HADIAH PERPULUHAN


Saya ingin membuat sebuah pengakuan.

Ketika saya masih anak-anak, saya tidak suka mandi.

Itu adalah cara saya yang unik untuk mengatasi kekurangan air di
dunia. Saya merasa mandi itu sangat tidak perlu – suatu riasan yang
diterapkan oleh orang jaman sekarang.

Ketika saya belajar sejarah, dugaan saya benar.

Contohnya, para rahib di jaman pertengahan merasa mandi itu tidak
berguna. Santo Fransiskus dari Asisi percaya bahwa menjadi kotor
merupakan tanda orang suci. Bahkan Santo Benediktus menganjurkan
kepada mereka yang muda dan kuat untuk jarang mandi. Dikatakan bahwa
Santa Catherine dari Siena menghindari mencuci. Dan Santa Agnes, yang
meninggal di usia 13, tidak pernah mandi.

Ratu Isabella dari Spanyol dengan bangga mengatakan bahwa dia hanya
mandi sebanyak dua kali seumur hidupnya.

Dan Ratu Elizabeth dari Inggris terlihat sebagai seorang wanita yang
sangat sia-sia pada jamannya. Mengapa? Karena ia mandi sekali
sebulan.

Saya berargumen kalau saya bahkan lebih percuma. Saya rela mandi
sekali seminggu.

Tapi Ibu mengatakan pada saya, “Mandi setiap hari atau awas!”

Jadi saya harus mandi.

“Ibu sangat kejam,” kata saya pada diri sendiri. “Saya sedang
menikmati film kartun favorit saya, dan pas ketika 5 pesawat luar
angkasa baru akan menyatu dan berubah menjadi sebuah robot raksasa dan
menghancurkan musuh dengan pedangnya – ia memanggil saya untuk mandi!”

Di rumah Sanchez, ada sebuah aturan saya harus mandi – atau kalau
tidak… Konsekuensi dari melanggar aturan itu sangat mematikan: Kelima
kakak perempuan saya akan mengejar saya dengan seember air, sabun dan
busa (untuk menggosok dakit).


DARI ATURAN KE CINTA

Puji Tuhan, saya keluar dari tahap itu dalam hidup saya.

Dalam sekejap mata, hal itu terjadi begitu saja. Secara tiba-tiba,
saya suka mandi setiap hari.

Mengapa saya berubah?

Karena saya menyukai teman sekelas yang cantik bernama Mercedes, yang
memiliki lesung pipit dan wanginya seperti coklat kacang.

Mandi bukan lagi sebuah Aturan bagi saya.

Itu adalah sebuah Cinta.

Tentu saja, tak peduli apapun yang saya lakukan, Nona Coklat Kacang
tidak pernah melihat lagi pada saya. Karena saya begitu jelek saat
itu. (Memang, masa lalu Anda tidak menentukan masa depan Anda.)

Tetap saja, lesung pipitnya memberi saya alasan baik untuk mandi
setiap hari.

Sekarang saya akan berikan pesan utama saya…


PERPULUHAN ADALAH SEBUAH HUKUM PERJANJIAN LAMA

Saya seorang Katolik. (Saya mencintai Gereja kita – noda, dosa, dan
cacat. Itu semakin membuat saya yakin akan belas kasih Tuhan.)

Selama bertahun-tahun sebagai seorang Katolik, saya belum pernah
mendengar pengajaran tentang Perpuluhan. Inilah sebabnya: Karena
Teologi Katolik mengatakan kita tidak terikat oleh Hukum Perpuluhan
dalam Perjanjian Lama, tapi oleh Hukum Kemurahan Hati dalam Perjanjian
Baru.

Saya setuju. Tapi kita juga gagal dalam kemurahan hati!

Umat Katolik terkenal sebagai pemberi persembahan yang paling berisik
di dunia. “Klang, kleng, kling, klong, klung…” Karena setiap orang
memberi koin.

Seorang pria berkata, “Umat Katolik bukan Pemberi Perpuluhan, tapi
mereka Pemberi Tip.”

Banyak umat Katolik yang bahkan tidak tahu apa itu Perpuluhan.

Karena itu, kita kehilangan banyak berkat dari Perpuluhan.


KEGAGALAN DALAM PENGAJARAN

Ini adalah pendapat pribadi saya tentang hal ini: Saya setuju dalam
Teologi Katolik bahwa Perpuluhan bukan lagi sebuah Hukum. Tapi dari
sudut pandang “Pelaksanaan”, kita telah gagal total dalam mengajarkan
kemurahan hati.

Saya adalah seorang komunikator. Saya telah menjadi seorang
komunikator selama kurang lebih 30 tahun. Dan inilah aturan dalam
komunikasi: Selalu spesifik, jangan pernah tidak jelas. Saya telah
belajar akan hal itu setiap kali saya mengajar orang lain sesuatu yang
tidak jelas, mereka akan sulit melakukannya.

Ya, kita telah mengajar umat Katolik untuk bermurah hati. Tapi apa
arti “murah hati”? Pilihannya tidak terhitung. Dan semakin banyak
pilihan yang Anda berikan, semakin orang menjadi bingung. Dan semakin
orang menjadi bingung, semakin tidak terjadi tindakan apapun.

Apa arti murah hati?

Apakah murah hati berarti bahwa umat Katolik mengeluarkan (paling
tidak) selembar cek? Seorang teman mengatakan pada saya bahwa sebelum
dia bergabung dengan Feast (pertemuan mingguan kami), ia merasa sangat
bangga ia memberi lima ribu setiap hari Minggu, sekalipun dia
berpenghasilan dua juta sebulan.

Apakah murah hati berarti bahwa umat Katolik memberi sampai merasa
sakit? Sampai terasa menyakitkan? Saya tahu seorang milyuner yang
merasa sakit ketika ia tidak bisa menemukan lembaran lima ribu di
dompetnya, ia “terpaksa” memberi sepuluh ribu.

Ini yang ingin saya sampaikan: Sekalipun jika Perpuluhan bukan lagi
sebuah Hukum, kita perlu mengajarkan Perpuluhan sebagai Cinta. Hukum
adalah tentang ketakutan. Cinta adalah tentang keinginan. Karena hal
itu akan memberkati hidup mereka secara berlimpah!

Daripada memberi tapi dengan instruksi tidak jelas seperti…

“Berilah yang bisa Anda beri dengan gembira”

“Berilah sebagaimana Anda dibisikkan oleh Roh Kudus…”

“Berilah sesuai keinginan hati Anda…”

Mengapa tidak mengajarkan: “Berilah 10% atau lebih dari penghasilan
Anda.”

Titik.

Saya kuatir. Umat Katolik tidak menerima berkat dari Perpuluhan
karena kita tidak mengajarkannya.


PENGALAMAN PRIBADI SAYA

Inilah yang ingin saya sampaikan: Saya melihat Perpuluhan sebagai cara
yang paling praktis untuk mengajarkan kemurahan hati kepada orang-
orang.

Saya telah memberi Perpuluhan selama lebih dari 30 tahun dalam hidup
saya.

Saya memulainya ketika berumur 12. Mengapa? Pemimpin persekutuan doa
saya mengajarkan saya bagaimana melakukan perpuluhan. Jadi sebagai
seorang anak berumur 12 tahun, saya memberikan 10% dari uang jajan
harian saya kepada Tuhan.

Dan sejak itu saya tidak pernah berhenti memberikan Perpuluhan.

Saya memberi Perpuluhan bukan karena itu sebuah Hukum.

Saya memberi Perpuluhan karena itu adalah Cinta.

Saya senang memberikan perpuluhan! Hal itu memberikan sukacita besar
bagi saya.

Saya tidak bisa hidup tanpa memberikan Perpuluhan.

Karena saya melihat Perpuluhan sangat memberkati hidup saya.


JANGAN MENGUTUK DIRI SENDIRI

Ayat paling populer dalam Alkitab tentang Perpuluhan ditemukan dalam
Maleakhi 3:8-9. Ya, itu adalah Hukum Perpuluhan dalam Perjanjian
Lama. Tapi Anda bisa mengambil prinsip umum yang sangat berkuasa yang
dapat Anda praktekkan sekarang.

Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu
berkata: “Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?” Mengenai
persembahan persepuluhan dan persembahan khusus! Kamu telah kena
kutuk, tetapi kamu masih menipu Aku, ya kamu seluruh bangsa!

Ayat ini mengatakan bahwa ketika Anda tidak melakukan perpuluhan, Anda
menipu Tuhan. Katakan pada saya: Bisakah Anda benar-benar menipu
Tuhan?

Tidak juga. Saya jamin, kamera CCTV Tuhan dan alarm anti pencurinya
jauh lebih baik dari milik kita.

Inilah kebenaran umum: Ketika Anda tidak memberi, Anda betul-betul
menipu diri sendiri. Anda menipu diri sendiri dari berkat luar biasa
yang seharusnya Anda terima karena memberi.

Dan percayalah, Tuhan tidak mengutuk kita ketika kita tidak memberi.
(Ini adalah bahasa Alkitab purba.) Inilah kebenarannya: Ketika kita
tidak memberi, kita mengutuk diri sendiri. Kita mengutuk diri sendiri
dengan kutukan kehilangan berkat.

Saya akan berbagi dengan Anda tentang 5 berkat luar biasa dari
Perpuluhan…


5 BERKAT DARI MEMBERI PERPULUHAN

• Kebiasaan
• Kebahagiaan
• Kekudusan
• Rasa Lapar
• Tuaian


1. Kebiasaan

Inilah bedanya memberi dan perpuluhan.

Memberi mungkin sesuatu yang Anda lakukan sesekali.

Tapi Perpuluhan adalah sesuatu yang Anda lakukan secara rutin.

Karena Perpuluhan berarti bahwa setiap kali Anda mendapatkan
penghasilan, Anda memberi 10% atau lebih kepada Tuhan.

Ijinkan saya menanyakan pada Anda sebuah pertanyaan besar: Apakah Anda
ingin ganjaran Anda datang sesekali atau secara rutin?

Anda putuskan.


2. Kebahagiaan

Berikut adalah sebuah latihan kecil.

Sebutkan 5 orang yang paling bahagia yang Anda tahu dalam hidup Anda.

Bayangkan wajah mereka. Selesai?

Saya bertaruh: Mereka semua adalah Pemberi.

Karena orang-orang yang memberi adalah orang yang bahagia.

Sungguh menyenangkan rasanya ketika memberi!

Ketika Anda memberi perpuluhan, Anda merasakan kebahagiaan itu secara
rutin karena Anda memberi secara rutin. Seperti yang Alkitab katakan
dalam Kitab Maleakhi di atas, Maka segala bangsa akan menyebut kamu
berbahagia…


3. Kekudusan

Keserakahan akan menghancurkan Anda dengan materialisme.

Tapi kemurahan hati akan melepaskan Anda dari materialisme.

Dengan memberi Perpuluhan, Anda mendapatkan kebebasan.

Dengan memberi Perpuluhan, Anda mendapatkan kasih yang lebih besar
untuk Tuhan.

Dalam Bahasa Yunani, kata “Kekudusan” adalah “Hagios”; yang berarti
“memisahkan diri Anda untuk Tuhan”. Memberi Perpuluhan adalah persis
bahwa – memisahkan sejumlah tertentu untuk Tuhan.

Ketika saya masih kecil, ayah saya menggunakan sebuah sendok perak,
kuno, besar. Tak seorangpun boleh menggunakan sendok itu. Itu adalah
kudus baginya dan hanya dia.

Sendok itu begitu besar, dan hanya pas di mulut ayah. Yang lebih
penting, sendok itu terbuat dari perak. Yang lainnya menggunakan
sendok stainless steel yang murah. Ia layak mendapatkan yang terbaik.

Memberi Perpuluhan persis seperti itu.

Perpuluhan kita adalah suci. Perpuluhan kita adalah kudus. Mereka
dipisahkan untuk Tuhan. Tak seorangpun boleh menyentuhnya. Dan kita
selalu mempersembahkan yang terbaik untuk Tuhan.


4. Rasa Lapar

Bagaimana rasa lapar bisa menjadi sebuah berkat?

Percayalah, seseorang tanpa rasa lapar adalah seorang yang mengerikan
yang menjalani hidup tanpa arti.

Ya, rasa lapar adalah sebuah berkat besar!

Ketika Anda memberi perpuluhan, Anda mengaduk rasa lapar dalam diri
Anda.

Minggu lalu, seseorang bertanya pada saya, “Bo, Anda seorang pengusaha
dan misionaris. Jika Anda hanya seorang pengusaha, Anda mungkin lebih
kaya sepuluh kali lipat!”

Jawabannya begitu jelas. Tidak! Jika saya bukan seorang misionaris,
saya akan sepuluh kali lipat lebih miskin. Karena jika saya bukan
seorang misionaris, saya tidak akan memiliki rasa lapar yang besar
seperti yang saya miliki sekarang.

Ini tebakan saya: Setelah keberhasilan usaha saya, saya akan merasa
puas. Saya akan mengatakan pada diri sendiri, “Mengapa harus
mempunyai penghasilan lebih? Mengapa bekerja lebih keras?” Tidak ada
tujuannya.

Tapi karena target saya adalah mencari uang untuk pelayanan saya, rasa
lapar ini mendorong saya untuk mendapatkan penghasilan yang lebih.

Saya betul-betul kaya sekarang karena saya memberi perpuluhan – dan
memberi lebih dari perpuluhan saya.

Dan saya mempunyai begitu banyak mimpi untuk pekerjaan Tuhan. Mimpi-
mimpi ini membakar rasa lapar saya.

Saya telah bertemu orang-orang yang sudah berpenghasilan besar dan
sudah kehilangan gairah mereka untuk hidup. Karena mereka sudah
kehilangan rasa lapar mereka. Mimpi mereka sudah terpenuhi dan mereka
tidak mempunyai mimpi yang baru.

Tapi itu karena mereka hanya memikirkan diri mereka sendiri.

Dua minggu lalu, saya mengatakan pada para pendengar saya, “Saya
mendapat kabar buruk, kabar baik, dan kabar buruk. Kabar buruk:
Akuntan saya mengatakan dibutuhkan sangat banyak uang untuk menjadikan
mimpi kami untuk membangun 1000 Feast menjadi kenyataan. Kabar baik:
Sekarang kami mempunyai uang yang dibutuhkan untuk membangun 1000
Feast. Puji Tuhan! Dan akhirnya, inilah Kabar Buruknya: Semua uang
itu masih di dalam saku Anda.”

Saya percaya bahwa jika umat Katolik mulai memberi perpuluhan, kita
akan mempunyai uang untuk melakukan pekerjaan Tuhan.


5. Tuaian

Beberapa orang mengatakan pada saya, “Saya mengalami sedikit kesulitan
saat ini. Jika penghasilan saya bertambah, saat itulah saya akan
memberikan perpuluhan.”

Ini adalah cara berpikir kekurangan. Dan seorang yang memiliki cara
berpikir kekurangan tidak dapat memberi perpuluhan.

Memberi perpuluhan itu seperti menanam benih. Anda tidak menunggu
waktu yang baik sebelum Anda menanam benih. Anda menabur di masa
kelaparan. Karena itulah satu-satunya cara untuk memutuskan rantai
kemiskinan.

Memberi perpuluhan adalah pernyataan kelimpahan. Anda percaya bahwa
berkat Tuhan akan mengalir kembali kepada Anda.

Maleakhi mengatakan…
Ujilah Aku… apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit
dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.

Ijinkan saya sekarang menjawab dua pertanyaan yang sangat umum yang
saya terima.


1. “KE MANA SAYA MEMBERI PERPULUHAN SAYA?"

Banyak orang bertanya pada saya, “Bo, saya membantu kerabat saya yang
miskin. Dapatkah saya memperhitungkan itu sebagai Perpuluhan?”

Saya akan berbicara sebagai seorang Katolik. Karena bagi kita
Perpuluhan bukanlah sebuah Hukum tapi sebuah Kasih, maka betul-betul
tidak aturan hitam putih tentang hal ini.

Tapi saya akan berikan sebuah pengarahan. Maleakhi mengatakan
“bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah
perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumahKu”. Itu
berarti prioritas pertama Anda adalah mendukung keluarga rohani yang
memelihara Anda dalam pertumbuhan rohani Anda. Mendukung pekerjaan
Tuhan dengan membagikan kasihNya kepada dunia.

Saya tidak dapat membebani Anda untuk melakukan seperti saya, tapi
inilah yang saya lakukan: Saya memberi Perpuluhan saya kepada
pekerjaan Tuhan dan saya memberi Derma saya kepada orang miskin. Saya
menyisihkan sebuah jumlah terpisah dari pekerjaan amal saya. Saya
mampu melakukan hal itu karena cara Tuhan telah memberkati saya.

Saya ulangi: Tidak ada aturan hitam putih. Pada akhirnya, Anda harus
memutuskan ke mana untuk memberikan Perpuluhan Anda.

Tiga pembantu rumah saya, seperti kebanyakan pembantu rumah, mengirim
sebagian besar gaji mereka kepada keluarga. Tapi di samping itu, saya
tetap mendorong mereka untuk memberi perpuluhan kepada pekerjaan
Tuhan.

Memberi kepada kerabat yang miskin merupakan hal luar biasa dan saya
mendorong mereka untuk tetap melakukan hal itu. Tapi ketika mereka
juga memberi kepada pekerjaan Tuhan – itu meregangkan pikiran mereka.
Suatu perubahan terjadi dalam diri mereka. Mereka mulai membuang cara
pikir kekurangan dan mengambil cara pikir kelimpahan.


2. “APAKAH SAYA HARUS MEMBEI PERPULUHAN BERDASARKAN PENDAPATAN BERSIH
ATAU KOTOR?"

Ke manapun saya pergi, orang-orang mengajukan pertanyaan ini.

Dan ini adalah sebuah pertanyaan yang sangat sah.

Jika Bill berpenghasilan 10 juta sebulan, dan pajaknya 30% -
sebenarnya ia hanya membawa pulang 7 juta. Jika Perpuluhan adalah
10%, apakah Bill harus memberi kepada Tuhan sebesar 1 juta atau 700
ribu?

Saya menjawabnya begini: Bagaimana Anda ingin diberkati? Apakah Anda
ingin diberkati berdasarkan penghasilan bersih atau kotor?

Kembali, karena Perpuluhan bukanlah sebuah Hukum tapi Cinta, hal ini
betul-betul terserah Anda.

Dan pertanyaan ini menjadi tidak perlu ketika Anda menantang diri Anda
untuk meningkatkan perpuluhan Anda sebagaimana Tuhan memberkati Anda.

Rick Warren, penulis Purpose Driven Life, memberi perpuluhan
sebaliknya. Karena royaltinya yang besar dari bukunya yang laris,
sekarang ia mampu memberi 90% dari penghasilannya dan hanya menyimpan
yang 10%.


HADIAH TERAKHIR

Saya akan akhiri dengan dua cerita.

Cerita pertama adalah tentang seorang pria yang meninggal dan pergi ke
Surga.

Dia bertemu Santo Petrus di Gerbang Surga yang mengatakan, “Selamat
datang!” Dan Santo Petrus mengajak pria itu berjalan di sepanjang
jalan emas. Ketika mereka berjalan bersama, ia melihat rumah-rumah
yang sangat luas yang letaknya saling bersebelahan. Hingga mereka
tiba di ujung jalan dimana mereka berhenti di depan sebuah pondok
bambu yang sangat kecil. “Ini rumahmu,” kata Santo Petrus.

Pria itu kecewa. Ia bertanya pada Santo Petrus, “Mengapa saya
mendapat sebuah pondok bambu?”

Santo Petrus menjawab, “Saya melakukan yang terbaik dengan uang yang
Anda kirimkan kepada kami.”

Pesan yang ingin disampaikan?

Apapun yang Anda beri merupakan sebuah investasi kekal.

Satu-satunya cara untuk memelihara kekayaan Anda adalah dengan
memberi.

Berilah dan Anda akan melihatnya lagi di Kerajaan Surga.


PENGALAMAN PRIBADI SAYA

Cerita terakhir saya adalah tentang pengalaman saya dalam memberi
Perpuluhan.

Dulu, saya miskin.

Dua puluh tahun lalu, saya begitu miskin, hingga ada hari-hari dimana
saya tidak punya cukup uang untuk menggunting rambut. Ada hari-hari
dimana saya tidak punya uang untuk makan. Ada hari-hari dimana saya
bahkan tidak punya cukup uang untuk naik bis untuk pergi berkotbah di
sebuah persekutuan doa.

Tapi dalam kemiskinan saya, saya tetap memberi Perpuluhan dari
berapapun yang saya terima.

Sekarang, Tuhan telah memberkati saya dengan beberapa bisnis kecil.
Setelah banyak kegagalan, sekarang saya seorang pengusaha sukses.

Bulan lalu, saya mendonasikan 200 juta untuk pelayanan. (Saya tidak
suka menceritakan itu kepada Anda karena saya tahu saya kehilangan
poin di Surga. Saya menceritakannya bukan untuk menyombongkan diri.
Saya menceritakannya untuk menekankan suatu maksud yang sangat
penting.)

Hal itu adalah sebuah mimpi yang menjadi kenyataan bagi saya. Selama
bertahun-tahun, saya bermimpi untuk menulis sebuah cek senilai 200
juta.

Bulan lalu, hal itu terjadi.

Saya percaya dalam Perpuluhan.

Jika Anda tidak percaya pada saya, coba saja.

Dengan kata lain, cobalah, dan lihat apa yang terjadi.

Tuhan berkata, Ujilah Aku…apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-
tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan…


Semoga impian Anda menjadi kenyataan,

Bo Sanchez

(Diterjemahkan oleh: Jessica Jeanne Pangestu)
*) Sumber Millis Bo Sanchez

APAKAH ANDA MEMPUNYAI SIKAP MENGAMPUNI?

Shalom,

Mengampuni hampir selalu menjadi pergumulan sama seperti halnya
"memberi".
Apakah saya harus segera mengampuni ketika saya disakiti?
Apakah mengampuni berarti melupakan apa yang sudah terjadi?

Pasti banyak pertanyaan seputar mengampuni....
Untuk jawabannya, silahkan baca tulisan Bo Sanchez di bawah ini...

Semoga kita menemukan jawaban yang selama ini mengganggu kita dalam
hal "mengampuni".

God bless.

in Christ,
Jessica

--------------------------

APAKAH ANDA MEMPUNYAI SIKAP MENGAMPUNI?


Mengampuni itu sulit. Dan membingungkan.
Sebelum saya membagikan pesan utama yang ingin saya sampaikan,
ijinkan saya mengklarifikasi dua hal yang membingungkan banyak orang.


"Pengampunan dan Persahabatan Membutuhkan 2 Keputusan Berbeda"

Klarifikasi pertama: Pengampunan itu berbeda dengan Persahabatan.
Ketika Anda mengampuni seseorang, hal itu tidak berarti Anda akan
berteman dengannya lagi.
Sebagai contoh, ketika seorang rekan bisnis mencuri dari Anda, Anda
harus mengampuninya. Tapi itu tidak berarti Anda akan menerimanya
kembali sebagai rekan bisnis. Itu merupakan keputusan terpisah yang
harus Anda buat.
Ketika suami Anda yang pemabuk terus-menerus memukul Anda, Anda harus
mengampuninya. Tapi itu tidak berarti Anda harus menerimanya kembali
sebagai suami dengan segera. (Saya menganjurkan agar ia mengambil
waktu dan menjalani konseling jika dia sungguh-sungguh berkeinginan
untuk berubah.)
Saya teringat seorang teman: “Liza”. Ketika saya mengenalnya,
suaminya memukulnya selama 21 tahun. Alat favorit suaminya ketika
menganiaya adalah palunya. Di saat ia marah, ia mengambil palunya,
menekan tangan istrinya ke dinding, dan memukul jarinya hingga
berdarah.
Saya bertanya padanya, “Mengapa engkau bertahan dengan monster ini
selama 21 tahun?” Katanya, “Karena ia memohon pengampunan.” Saya
katakan padanya, “Jangan keliru antara pengampunan dengan kebodohan.
Mengampuninya, ya, tapi menyingkirlah sejauh mungkin dari monster
itu.”
Ia berkata, “Tapi saya mencintainya…”
Saya katakan padanya, “Tidak, kamu tidak mencintainya. Kamu
membutuhkannya. Kamu tergantung padanya. Tapi kamu tidak
mencintainya. Jika kamu sungguh mencintainya, seharusnya kamu keluar
dari pernikahan yang mengerikan itu sejak lama. Dengan tetap tinggal,
kamu membiarkannya untuk terus berada dalam dosa kekerasannya.”
Saya akan ulangi. Pengampunan dan persahabatan adalah dua hal
berbeda yang membutuhkan dua keputusan yang berbeda.
Jangan mengacaukan keduanya.
Klarifikasi kedua. Jangan kaget dengan apa yang akan saya katakan
berikutnya…


"Jangan Terburu-buru Untuk Mengampuni
Jika Lukanya Parah"

Ketika luka itu sangat dalam, jangan langsung mengampuni.
Ketika seseorang melukai Anda dengan sangat dalam, Tuhan tidak
mengharuskan Anda untuk langsung mengampuni. Ketika suami Anda
melakukan perzinahan, atau ketika seorang paman melecehkan Anda, atau
ketika seorang teman mengkhianati Anda…, Tuhan tidak mengharuskan Anda
untuk menyingkirkan perasaan marah Anda “sekarang juga”.
Mengapa? Karena kita bukan robot dengan sebuah tombol-tombol yang
bisa ditekan di dada kita.
Sebenarnya, Tuhan tahu kalau kita perlu merasa marah untuk beberapa
waktu sebagai bagian dari kesembuhan kita.
Dengan marah, kita memulihkan martabat kita. Dengan marah, kita
mencintai diri sendiri. Dengan marah, kita mengatakan, “Apa yang kamu
lakukan terhadap saya adalah salah. Kamu memperlakukan saya dengan
tidak hormat.”
Saya ulangi: Proses marah (untuk beberapa waktu) adalah bagian dari
kesembuhan Anda.
Kemarahan seperti obat dengan masa berlaku. Sebelum lewat masa
berlaku, kemarahan adalah obat. Setelah lewat masa berlaku, kemarahan
menjadi racun.
Pada waktu yang tepat, Tuhan akan meminta Anda untuk menyerahkan
kemarahan Anda.
Dan sekarang saya akan menyampaikan pesan utama untuk kita pada hari
ini.


"Tujuan: Untuk Memiliki Sikap Mengampuni"

Hari ini, tujuan saya bukan hanya menyemangati Anda untuk mengampuni
mereka yang telah berbuat salah terhadap Anda di masa lalu.
Hari ini, tujuan saya jauh lebih ambisius dari hal itu.
Tujuan saya adalah mendorong Anda untuk membangun suatu sikap
mengampuni.
Pengampunan adalah suatu tindakan terpisah. Tapi suatu sikap
mengampuni adalah siapa diri Anda biasanya…
Keyakinan saya? Jika Anda ingin bahagia dalam hidup, Anda perlu
memiliki sebuah sikap mengampuni.
Mengapa?
Karena Anda hidup di tengah-tengah orang-orang yang tidak sempurna.
Anda lahir dalam sebuah keluarga yang tidak sempurna, dengan orang
tua yang tidak sempurna, dengan kakak adik yang tidak sempurna.
Pengumuman: Anda juga tidak sempurna! (Kecuali Anda adalah makhluk
sempurna dari sebuah planet sempurna.)
Setiap hari, Anda akan terluka. Seseorang akan menginjak kaki Anda.
Seseorang akan memukul punggung Anda. Seseorang akan menendang Anda.
Seseorang akan menusuk harga diri Anda. Seseorang akan memfitnah
Anda.
Itulah sebabnya Yesus mengatakan, Ampuni tujuh puluh kali tujuh kali
(Matius 18:21-22). Angka itu merupakan lambang Alkitab untuk
“selamanya”.
Percayalah pada saya, jika Anda tidak memiliki sikap mengampuni, Anda
tidak dapat menikmati relasi yang tidak sempurna manapun.


"Apakah Anda Memiliki Sikap Yang Tidak Mengampuni?"

Inilah yang saya tahu. Seseorang yang memiliki sikap tidak
mengampuni adalah seorang yang tidak bahagia.
Sebagai contoh, ketika seorang pelayan membawakan pesanan yang salah,
apakah itu merusak seluruh hari Anda?
Ketika seorang kasir melakukan kesalahan, karena ia baru, atau ia
gugup, atau ia sedang punya masalah dalam keluarganya – Apakah Anda
membelalakkan mata dan mendesah karena jengkel?
Ketika seorang kakak meminjam kemejamu tanpa permisi dan
mengembalikan tanpa dicuci dan dilipat kembali, apakah Anda menjadi
marah sepanjang hari?
Ketika seorang teman lupa mengucapkan “terima kasih” atas hadiah
ulang tahun yang Anda berikan, apakah Anda menyimpan dendam hingga
ulang tahunnya yang berikutnya?
Inilah yang tidak waras tentang pengampunan. Anda mungkin merajuk
dan mengomel di rumah, sementara orang yang telah membuat Anda marah
mungkin sedang menikmati pemandangan matahari terbenam di Bali.
Hadapilah. Tidak mengampuni tidaklah bijak.


"Menjadi Egois: Milikilah Sikap Mengampuni!"

Seorang bijak berkata, Pengampunan pertama-tama merupakan sebuah
hadiah yang Anda berikan pada diri sendiri. Pengampunan hampir
merupakan suatu sikap egois – karena berkat luar biasa yang diterima
seorang pengampun!
Bayangkan skenario ini.
Anda begitu marah pada seseorang, Anda memutuskan untuk membeli racun
Triple-X dari apotik. Sesampainya di rumah, Anda meminum seisi botol
sendiri! Kemudian Anda berharap kalau orang yang melukai Anda tewas
karena racun itu.
Hah?
Cukup gila, kan?
Tapi itulah kegilaan dari sikap tidak mengampuni.
Saya tahu seorang wanita yang mendapati suaminya berselingkuh dengan
banyak wanita. Hal itu sangat menghancurkan dirinya. Lukanya begitu
dalam, kepahitan yang ia rasakan secara perlahan membunuh tubuhnya
sendiri. Ia mengidap kanker dan meninggal setelah 2 tahun. Apa yang
terjadi dengan suaminya? Masih tetap dengan pacarnya yang banyak.
Teman saya lebih bijak.
Ia mempunyai seorang rekan bisnis yang “memakan” uangnya sebesar
1,6M. Ia merasa dunia kiamat. Ia datang kepada saya dalam acara
mingguan kami, meminta saya berdoa baginya.
Dan dalam hatinya, ia membuat suatu keputusan untuk mengampuni rekan
bisnisnya. Ia menolak untuk tinggal dalam kebenciannya. Ia tidak
menghabiskan waktunya untuk memikirkan cara membalas dendam. Ia
melanjutkan hidupnya.
Sekarang, teman saya ini telah sembuh dari perasaan kehilangan yang
ia alami – dan bahkan jauh lebih baik. Tuhan memberkati bisnisnya.
Rekan bisnis yang memakan uangnya? Ia berada di penjara – karena
kejahatan lain yang dilakukannya.
Teman saya melakukan sesuatu yang tidak terpikirkan: Ia mengunjungi
rekannya di penjara.


"Berjalanlah Terus!"

Beberapa tahun lalu, saya dengar dari selentingan bahwa saya dituduh
menggunakan donasi orang-orang untuk membeli mobil pribadi.
Hal itu menyakitkan. (Jika saya mengunakan donasi untuk membeli
mobil pribadi, saya akan membeli sebuah BMW.)
Belakangan saya tahu kalau seorang teman telah menyebarkan gosip itu.
Tapi pada hari yang sama, saya mengampuni teman saya.
Mengapa? Karena saya “egois”.
Inilah pemikiran saya: Melukai saya sekali sudah sangat menyakitkan.
Mengapa membiarkannya menyakiti saya lagi (dan lagi dan lagi…) dengan
terus mengingat-ingat dosanya dalam pikiran saya?
Teman, jika seseorang melukai Anda – jangan biarkan luka itu
menghancurkan hidup Anda. Jangan biarkan sebuah pengkhianatan, atau
perceraian, atau pelecehan, atau ketidaksetiaan menghancurkan hidup
Anda dan takdir Anda.
Ampuni dan lanjutkan hidup Anda!
Pengampunan berarti Anda tidak akan membuang energi untuk meratapi
luka Anda lagi.
Beberapa orang tidak melakukannya.
Mereka senang memutar ulang kejadian yang dialami. Mereka senang
mengulas kembali luka itu dalam imajinasi mereka. Mereka senang
membuka luka lama dan menusuknya lagi. Dan lagi. Dan lagi.


"Apa Solusinya?"

Untuk menyembuhkan sikap tidak mengampuni yang kita miliki, kita
harus bertanya, “Apa akar dari tidak mengampuni?”
Dari pengalaman, ketidakmampuan kita untuk mengampuni orang lain
berasal dari ketidakmampuan kita mengampuni diri sendiri. Ya, begitu
sederhana.
Jika Anda tidak menerima pengampunan Tuhan, Anda tidak dapat
memberikan pengampunan kepada orang lain. Alkitab mengatakan, Sama
seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian
(Kolose 3:13).
Saya teringat Felix.
Felix mengatakan pada saya kalau ia sulit mengampuni orang lain.
Tapi seiring dengan pembicaraan kami, saya menemukan sesuatu yang
sangat kentara tentang dirinya yang mungkin tidak diperhatikan oleh
dirinya sendiri. Ketika ia sendiri melakukan kesalahan, ia menjadi
sangat susah. Ia tidak membiarkan dirinya untuk merasa bahagia.
Dengan kata lain, ia menghukum dirinya sendiri.
Sekalipun jika Felix memohon pengampunan Tuhan, (dan secara lisan, ia
akan mengatakan pada Anda kalau ia percaya bahwa Tuhan mengampuninya),
secara tidak sadar ia akan mencari cara untuk membayar dosanya.
Dengan tidak menjadi bahagia. Dengan menderita.
Ia ingin membayar dosa-dosanya. Ia menuntut hal itu dari dirinya
sendiri.
Hasilnya? Ketika orang lain melukainya (dan ia sangat mudah
terluka), ia menggunakan standar yang sama. Ia ingin mereka juga
membayar dengan cara yang sama.
Masih ada orang-orang Katolik terpencil yang melakukan praktek
pencambukan. (Agama lain melakukan hal ini juga.) Penitensi
mencambuk diri mereka sendiri ini sebagai suatu cara untuk menghukum
diri mereka atas dosa-dosa mereka.
Saya juga bertemu dengan orang-orang Kristiani yang tidak lagi
melakukan pencambukan fisik, tapi mereka melakukan pencambukan yang
tidak kelihatan. Ketika mereka melakukan kesalahan, mereka mencambuk
diri mereka hingga “berdarah” dalam emosi mereka. Mereka menghukum
diri sendiri. Mereka menjalani hidup dengan depresi. Mereka menerima
semua penderitaan sebagai hadiah atas dosa-dosa mereka – bahkan
penderitaan yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan kesalahan
mereka.
Mereka mengatakan mereka percaya Tuhan mengasihi mereka. Mereka
bahkan bernyanyi tentang Cinta Tuhan. Mereka bahkan akan mengatakan
pada Anda bahwa mereka percaya Tuhan telah mengampuni mereka. Tapi
dalam hati, mereka bersikeras untuk membayar atas dosa-dosa mereka.
Teman, jika ada satu hal yang saya ingin Anda pelajari hari ini, hal
tersebut adalah: Berhentilah mencoba untuk membayar dosa-dosa Anda!
Berdiamlah dalam pengampunan Tuhan. Biarkan Tuhan membayar dosa-dosa
Anda.


"Tuhan Menghendaki Belas Kasihan, Bukan Persembahan"

Dari pengalaman, orang-orang inilah yang memiliki sikap tidak
mengampuni.
Karena seseorang tidak dapat memberi apa yang ia tidak terima.
Tuhan mengatakan, Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan
persembahan (Matius 9:13).
Tapi ada orang-orang yang menyukai persembahan. Mereka ingin terus
memberi persembahan kepada Tuhan atas dosa-dosa mereka. Dan parahnya,
mereka ingin orang lain juga berkorban untuk dosa-dosa mereka.
Tapi Tuhan menghendaki belas kasihan.
Saya percaya akar dari semua sikap tidak mengampuni adalah ketakutan.
Ketakutan bahwa jika Anda tidak membiarkan “mereka” membayar
kesalahan mereka, Anda tidak akan pernah mendapatkan kembali
kehilangan yang Anda alami.
Tidak mengerti bahwa orang-orang ini tidak akan pernah bisa membayar.
Inilah masalah utamanya: Hanya Tuhan yang bisa membayar Anda.
Saya mengalami pelecehan saat masih anak-anak. Tapi saya telah lama
menyadari bahwa orang yang melecehkan saya tidak dapat membayar saya
kembali. Mereka tidak dapat mengembalikan kemurnian saya. Mereka
tidak dapat mengembalikan 20 tahun penderitaan yang saya alami.
Tapi Tuhan bisa.


"Biarkan Tuhan Membayar Anda"

Tuhan melihat Anda ketika Anda dilukai. Disakiti. Diabaikan.
Jika seseorang mencuri dari Anda, atau menyakiti Anda, bacalah ayat
ini: Karena kamu sudah mendapat malu dua kali lipat, dan noda serta
kehinaan telah menjadi bagianmu, maka kamu mendapat warisan dua kali
lipat di negerimu dan memiliki sukacita abadi (Yesaya 61:7).
Apa yang Tuhan katakan? Ia sedang mengatakan pada Anda, “Biarkan Aku
mengatasi masalahmu. Taruhlah situasi yang engkau hadapi dalam
tanganKu. Aku akan memastikan bahwa engkau akan menerima dua kali
lipat dari kehilangan yang engkau alami. Aku akan memastikan bahwa
engkau akan mendapatkan kembali apa yang telah diambil darimu.”
Selama Anda melepaskan dan mengampuni, Tuhan akan menjadi pembela
Anda.
Dia akan menjadikan kesalahanmu benar.
Dia akan mengembalikan apa yang dicuri oleh musuhmu.
Dia akan memberi nilai yang sama.
Ingat Ayub? Teman-teman Ayub mencoba menghiburnya, tapi mereka juga
mengatakan sesuatu yang sangat menyakitkannya.
Lihatlah apa yang dikatakan Alkitab: Kemudian, setelah Ayub berdoa
bagi ketiga temannya, Tuhan membuat dia kaya kembali dan memberikan
kepadanya dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu (Ayub
42:10).
Jika Anda mengampuni dan berdoa bagi musuh-musuh Anda, bersiaplah
untuk menjadi sangat diberkati!
Ini adalah kisah teman saya, Mark.
Mark meminjamkan 200 juta pada rekan bisnisnya. Itu merupakan suatu
jumlah yang sangat besar bagi teman saya. Tapi rekannya kabur. Hal
ini menghancurkan Mark. Bukan hanya karena soal uang, tapi rasa
dikhianati.
Tapi daripada terus merasa sedih, tinggal di rumah, memikirkan cara
untuk mendapatkan uangnya kembali, Mark memutuskan untuk mengembangkan
usaha kecilnya. Daripada menghabiskan waktunya untuk mengutuk
musuhnya, ia meluangkan waktunya untuk memberkati usahanya.
Setelah setahun, sekarang Mark berpenghasilan 200 juta setiap bulan.
Sejumlah uang yang sama persis dalam kehilangan yang ia alami,
sekarang ia peroleh dalam sekejap.
Dan apa yang terjadi dengan orang yang mencuri uangnya? Dari
selentingan, Mark mendengar kalau orang itu masih kesulitan dalam hal
finansial.
Anda tidak harus melihat bahwa keadilan ditegakkan. Karena alam
semesta diperintah oleh Hukum Timbal-Balik. Apa yang Anda tabur, Anda
tuai.
Baca dengan seksama:
Tidak mau mengampuni berarti Anda mengambil semua persoalan ke tangan
Anda.
Mengampuni berarti Anda menyerahkan semua persoalan ke tangan Tuhan.


"Jalan Berkat"

Saya akan definisikan pengampunan pada Anda: Bersikap baik melampaui
apa yang wajar.
Ya, pengampunan itu gila.
Pada 2 Oktober 2006, Charles Roberts yang berusia 32 tahun memasuki
sebuah sekolah Amish dengan senjata api otomatis.
Ia mengikat kaki para siswi dan siap menembak mereka, dengan gaya
eksekusi.
Sandera tertua, seorang anak berusia 13 tahun, meminta Roberts untuk
“tembak saya dan lepaskan yang lain.” Tapi Roberts tidak
mendengarkannya. Ia menembaki mereka semua dengan 400 butir peluru.
Ia membunuh lima anak perempuan.
Ketika polisi menyerang ke dalam gedung sekolah, Roberts menembak dan
membunuh dirinya sendiri.
Mengapa ia menembaki para siswi? Ia mengatakan pada mereka sebelum
menembak, “Saya marah pada Tuhan karena telah mengambil anak perempuan
saya.”
Dalam sekejap setelah pembantaian massal itu, lebih dari lima puluh
reporter berita datang ke kota kecil itu. Dan apa yang mereka
saksikan sungguh tidak bisa dipercaya.
Setelah pemakaman anak-anak perempuan mereka, seluruh keluarga para
siswi ini mengunjungi pemakaman keluarga dari pembunuh itu.
Mengapa mereka pergi ke sana? Mereka pergi ke sana untuk memberikan
kata-kata pengampunan dan penghiburan kepada jandanya dan ketiga
anaknya.
Jika itu belum cukup mengejutkan, para keluarga ini mengumpulkan uang
bagi keluarga yang ditinggalkan oleh pembunuh itu.
Tidak waras.
Mengapa orang-orang Amish melakukan hal yang tidak bisa dijelaskan
ini?
Karena orang-orang Amish adalah umat Kristiani. Mereka mengikuti
Alkitab yang mengatakan, “Kasih tidak menyimpan kesalahan orang lain.”
Ya, bahkan jika kesalahan itu adalah membunuh anak-anak perempuan
mereka.
Inilah tanda Tuhan dalam hidup Anda. Ketika Anda memperlakukan
dengan baik orang-orang yang tidak layak untuk diperlakukan dengan
baik.
Saya punya kisah kecil saya tentang pengampunan.
Selama lebih kurang 30 tahun dalam pelayanan, saya menerima banyak
kritik. Beberapa mengkritik dengan kasih. Beberapa mengkritik dengan
racun.
Seseorang berkata pada saya, “Bo, lebih baik baca blog ini. Orang
ini menyebutmu pelayan setan.” Saya baca artikelnya. Dan benar,
penulisnya sangat tidak menyukai saya. Ia mengatakan saya membawa
banyak orang ke neraka.
Inilah yang saya lakukan: Daripada menjadi marah, saya berdoa
memberkatinya dan keluarganya.
Ketika saya melakukannya, saya tidak bisa menggambarkan pada Anda
betapa lega dan bahagia yang saya rasakan. Dan saya juga merasakan
sungai berkat Tuhan mulai mengalir lebih lagi dalam hidup saya.
Sekarang giliran Anda.
Miliki sikap mengampuni.
Dan berkati semua yang telah melukai Anda.
Dan percayalah bahwa Anda akan menerima dua kali lipat dari
kehilangan yang Anda alami.


Semoga impian Anda menjadi kenyataan,
Bo Sanchez
(Diterjemahkan oleh: Jessica Jeanne Pangestu)
*) Sumber Millis Bo Sanchez