Download GRATIS PDF dan 3 Video Kaya dari Properti TANPA MODAL

Monday, October 10, 2011

APAKAH ANDA MEMPUNYAI SIKAP MENGAMPUNI?

Shalom,

Mengampuni hampir selalu menjadi pergumulan sama seperti halnya
"memberi".
Apakah saya harus segera mengampuni ketika saya disakiti?
Apakah mengampuni berarti melupakan apa yang sudah terjadi?

Pasti banyak pertanyaan seputar mengampuni....
Untuk jawabannya, silahkan baca tulisan Bo Sanchez di bawah ini...

Semoga kita menemukan jawaban yang selama ini mengganggu kita dalam
hal "mengampuni".

God bless.

in Christ,
Jessica

--------------------------

APAKAH ANDA MEMPUNYAI SIKAP MENGAMPUNI?


Mengampuni itu sulit. Dan membingungkan.
Sebelum saya membagikan pesan utama yang ingin saya sampaikan,
ijinkan saya mengklarifikasi dua hal yang membingungkan banyak orang.


"Pengampunan dan Persahabatan Membutuhkan 2 Keputusan Berbeda"

Klarifikasi pertama: Pengampunan itu berbeda dengan Persahabatan.
Ketika Anda mengampuni seseorang, hal itu tidak berarti Anda akan
berteman dengannya lagi.
Sebagai contoh, ketika seorang rekan bisnis mencuri dari Anda, Anda
harus mengampuninya. Tapi itu tidak berarti Anda akan menerimanya
kembali sebagai rekan bisnis. Itu merupakan keputusan terpisah yang
harus Anda buat.
Ketika suami Anda yang pemabuk terus-menerus memukul Anda, Anda harus
mengampuninya. Tapi itu tidak berarti Anda harus menerimanya kembali
sebagai suami dengan segera. (Saya menganjurkan agar ia mengambil
waktu dan menjalani konseling jika dia sungguh-sungguh berkeinginan
untuk berubah.)
Saya teringat seorang teman: “Liza”. Ketika saya mengenalnya,
suaminya memukulnya selama 21 tahun. Alat favorit suaminya ketika
menganiaya adalah palunya. Di saat ia marah, ia mengambil palunya,
menekan tangan istrinya ke dinding, dan memukul jarinya hingga
berdarah.
Saya bertanya padanya, “Mengapa engkau bertahan dengan monster ini
selama 21 tahun?” Katanya, “Karena ia memohon pengampunan.” Saya
katakan padanya, “Jangan keliru antara pengampunan dengan kebodohan.
Mengampuninya, ya, tapi menyingkirlah sejauh mungkin dari monster
itu.”
Ia berkata, “Tapi saya mencintainya…”
Saya katakan padanya, “Tidak, kamu tidak mencintainya. Kamu
membutuhkannya. Kamu tergantung padanya. Tapi kamu tidak
mencintainya. Jika kamu sungguh mencintainya, seharusnya kamu keluar
dari pernikahan yang mengerikan itu sejak lama. Dengan tetap tinggal,
kamu membiarkannya untuk terus berada dalam dosa kekerasannya.”
Saya akan ulangi. Pengampunan dan persahabatan adalah dua hal
berbeda yang membutuhkan dua keputusan yang berbeda.
Jangan mengacaukan keduanya.
Klarifikasi kedua. Jangan kaget dengan apa yang akan saya katakan
berikutnya…


"Jangan Terburu-buru Untuk Mengampuni
Jika Lukanya Parah"

Ketika luka itu sangat dalam, jangan langsung mengampuni.
Ketika seseorang melukai Anda dengan sangat dalam, Tuhan tidak
mengharuskan Anda untuk langsung mengampuni. Ketika suami Anda
melakukan perzinahan, atau ketika seorang paman melecehkan Anda, atau
ketika seorang teman mengkhianati Anda…, Tuhan tidak mengharuskan Anda
untuk menyingkirkan perasaan marah Anda “sekarang juga”.
Mengapa? Karena kita bukan robot dengan sebuah tombol-tombol yang
bisa ditekan di dada kita.
Sebenarnya, Tuhan tahu kalau kita perlu merasa marah untuk beberapa
waktu sebagai bagian dari kesembuhan kita.
Dengan marah, kita memulihkan martabat kita. Dengan marah, kita
mencintai diri sendiri. Dengan marah, kita mengatakan, “Apa yang kamu
lakukan terhadap saya adalah salah. Kamu memperlakukan saya dengan
tidak hormat.”
Saya ulangi: Proses marah (untuk beberapa waktu) adalah bagian dari
kesembuhan Anda.
Kemarahan seperti obat dengan masa berlaku. Sebelum lewat masa
berlaku, kemarahan adalah obat. Setelah lewat masa berlaku, kemarahan
menjadi racun.
Pada waktu yang tepat, Tuhan akan meminta Anda untuk menyerahkan
kemarahan Anda.
Dan sekarang saya akan menyampaikan pesan utama untuk kita pada hari
ini.


"Tujuan: Untuk Memiliki Sikap Mengampuni"

Hari ini, tujuan saya bukan hanya menyemangati Anda untuk mengampuni
mereka yang telah berbuat salah terhadap Anda di masa lalu.
Hari ini, tujuan saya jauh lebih ambisius dari hal itu.
Tujuan saya adalah mendorong Anda untuk membangun suatu sikap
mengampuni.
Pengampunan adalah suatu tindakan terpisah. Tapi suatu sikap
mengampuni adalah siapa diri Anda biasanya…
Keyakinan saya? Jika Anda ingin bahagia dalam hidup, Anda perlu
memiliki sebuah sikap mengampuni.
Mengapa?
Karena Anda hidup di tengah-tengah orang-orang yang tidak sempurna.
Anda lahir dalam sebuah keluarga yang tidak sempurna, dengan orang
tua yang tidak sempurna, dengan kakak adik yang tidak sempurna.
Pengumuman: Anda juga tidak sempurna! (Kecuali Anda adalah makhluk
sempurna dari sebuah planet sempurna.)
Setiap hari, Anda akan terluka. Seseorang akan menginjak kaki Anda.
Seseorang akan memukul punggung Anda. Seseorang akan menendang Anda.
Seseorang akan menusuk harga diri Anda. Seseorang akan memfitnah
Anda.
Itulah sebabnya Yesus mengatakan, Ampuni tujuh puluh kali tujuh kali
(Matius 18:21-22). Angka itu merupakan lambang Alkitab untuk
“selamanya”.
Percayalah pada saya, jika Anda tidak memiliki sikap mengampuni, Anda
tidak dapat menikmati relasi yang tidak sempurna manapun.


"Apakah Anda Memiliki Sikap Yang Tidak Mengampuni?"

Inilah yang saya tahu. Seseorang yang memiliki sikap tidak
mengampuni adalah seorang yang tidak bahagia.
Sebagai contoh, ketika seorang pelayan membawakan pesanan yang salah,
apakah itu merusak seluruh hari Anda?
Ketika seorang kasir melakukan kesalahan, karena ia baru, atau ia
gugup, atau ia sedang punya masalah dalam keluarganya – Apakah Anda
membelalakkan mata dan mendesah karena jengkel?
Ketika seorang kakak meminjam kemejamu tanpa permisi dan
mengembalikan tanpa dicuci dan dilipat kembali, apakah Anda menjadi
marah sepanjang hari?
Ketika seorang teman lupa mengucapkan “terima kasih” atas hadiah
ulang tahun yang Anda berikan, apakah Anda menyimpan dendam hingga
ulang tahunnya yang berikutnya?
Inilah yang tidak waras tentang pengampunan. Anda mungkin merajuk
dan mengomel di rumah, sementara orang yang telah membuat Anda marah
mungkin sedang menikmati pemandangan matahari terbenam di Bali.
Hadapilah. Tidak mengampuni tidaklah bijak.


"Menjadi Egois: Milikilah Sikap Mengampuni!"

Seorang bijak berkata, Pengampunan pertama-tama merupakan sebuah
hadiah yang Anda berikan pada diri sendiri. Pengampunan hampir
merupakan suatu sikap egois – karena berkat luar biasa yang diterima
seorang pengampun!
Bayangkan skenario ini.
Anda begitu marah pada seseorang, Anda memutuskan untuk membeli racun
Triple-X dari apotik. Sesampainya di rumah, Anda meminum seisi botol
sendiri! Kemudian Anda berharap kalau orang yang melukai Anda tewas
karena racun itu.
Hah?
Cukup gila, kan?
Tapi itulah kegilaan dari sikap tidak mengampuni.
Saya tahu seorang wanita yang mendapati suaminya berselingkuh dengan
banyak wanita. Hal itu sangat menghancurkan dirinya. Lukanya begitu
dalam, kepahitan yang ia rasakan secara perlahan membunuh tubuhnya
sendiri. Ia mengidap kanker dan meninggal setelah 2 tahun. Apa yang
terjadi dengan suaminya? Masih tetap dengan pacarnya yang banyak.
Teman saya lebih bijak.
Ia mempunyai seorang rekan bisnis yang “memakan” uangnya sebesar
1,6M. Ia merasa dunia kiamat. Ia datang kepada saya dalam acara
mingguan kami, meminta saya berdoa baginya.
Dan dalam hatinya, ia membuat suatu keputusan untuk mengampuni rekan
bisnisnya. Ia menolak untuk tinggal dalam kebenciannya. Ia tidak
menghabiskan waktunya untuk memikirkan cara membalas dendam. Ia
melanjutkan hidupnya.
Sekarang, teman saya ini telah sembuh dari perasaan kehilangan yang
ia alami – dan bahkan jauh lebih baik. Tuhan memberkati bisnisnya.
Rekan bisnis yang memakan uangnya? Ia berada di penjara – karena
kejahatan lain yang dilakukannya.
Teman saya melakukan sesuatu yang tidak terpikirkan: Ia mengunjungi
rekannya di penjara.


"Berjalanlah Terus!"

Beberapa tahun lalu, saya dengar dari selentingan bahwa saya dituduh
menggunakan donasi orang-orang untuk membeli mobil pribadi.
Hal itu menyakitkan. (Jika saya mengunakan donasi untuk membeli
mobil pribadi, saya akan membeli sebuah BMW.)
Belakangan saya tahu kalau seorang teman telah menyebarkan gosip itu.
Tapi pada hari yang sama, saya mengampuni teman saya.
Mengapa? Karena saya “egois”.
Inilah pemikiran saya: Melukai saya sekali sudah sangat menyakitkan.
Mengapa membiarkannya menyakiti saya lagi (dan lagi dan lagi…) dengan
terus mengingat-ingat dosanya dalam pikiran saya?
Teman, jika seseorang melukai Anda – jangan biarkan luka itu
menghancurkan hidup Anda. Jangan biarkan sebuah pengkhianatan, atau
perceraian, atau pelecehan, atau ketidaksetiaan menghancurkan hidup
Anda dan takdir Anda.
Ampuni dan lanjutkan hidup Anda!
Pengampunan berarti Anda tidak akan membuang energi untuk meratapi
luka Anda lagi.
Beberapa orang tidak melakukannya.
Mereka senang memutar ulang kejadian yang dialami. Mereka senang
mengulas kembali luka itu dalam imajinasi mereka. Mereka senang
membuka luka lama dan menusuknya lagi. Dan lagi. Dan lagi.


"Apa Solusinya?"

Untuk menyembuhkan sikap tidak mengampuni yang kita miliki, kita
harus bertanya, “Apa akar dari tidak mengampuni?”
Dari pengalaman, ketidakmampuan kita untuk mengampuni orang lain
berasal dari ketidakmampuan kita mengampuni diri sendiri. Ya, begitu
sederhana.
Jika Anda tidak menerima pengampunan Tuhan, Anda tidak dapat
memberikan pengampunan kepada orang lain. Alkitab mengatakan, Sama
seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian
(Kolose 3:13).
Saya teringat Felix.
Felix mengatakan pada saya kalau ia sulit mengampuni orang lain.
Tapi seiring dengan pembicaraan kami, saya menemukan sesuatu yang
sangat kentara tentang dirinya yang mungkin tidak diperhatikan oleh
dirinya sendiri. Ketika ia sendiri melakukan kesalahan, ia menjadi
sangat susah. Ia tidak membiarkan dirinya untuk merasa bahagia.
Dengan kata lain, ia menghukum dirinya sendiri.
Sekalipun jika Felix memohon pengampunan Tuhan, (dan secara lisan, ia
akan mengatakan pada Anda kalau ia percaya bahwa Tuhan mengampuninya),
secara tidak sadar ia akan mencari cara untuk membayar dosanya.
Dengan tidak menjadi bahagia. Dengan menderita.
Ia ingin membayar dosa-dosanya. Ia menuntut hal itu dari dirinya
sendiri.
Hasilnya? Ketika orang lain melukainya (dan ia sangat mudah
terluka), ia menggunakan standar yang sama. Ia ingin mereka juga
membayar dengan cara yang sama.
Masih ada orang-orang Katolik terpencil yang melakukan praktek
pencambukan. (Agama lain melakukan hal ini juga.) Penitensi
mencambuk diri mereka sendiri ini sebagai suatu cara untuk menghukum
diri mereka atas dosa-dosa mereka.
Saya juga bertemu dengan orang-orang Kristiani yang tidak lagi
melakukan pencambukan fisik, tapi mereka melakukan pencambukan yang
tidak kelihatan. Ketika mereka melakukan kesalahan, mereka mencambuk
diri mereka hingga “berdarah” dalam emosi mereka. Mereka menghukum
diri sendiri. Mereka menjalani hidup dengan depresi. Mereka menerima
semua penderitaan sebagai hadiah atas dosa-dosa mereka – bahkan
penderitaan yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan kesalahan
mereka.
Mereka mengatakan mereka percaya Tuhan mengasihi mereka. Mereka
bahkan bernyanyi tentang Cinta Tuhan. Mereka bahkan akan mengatakan
pada Anda bahwa mereka percaya Tuhan telah mengampuni mereka. Tapi
dalam hati, mereka bersikeras untuk membayar atas dosa-dosa mereka.
Teman, jika ada satu hal yang saya ingin Anda pelajari hari ini, hal
tersebut adalah: Berhentilah mencoba untuk membayar dosa-dosa Anda!
Berdiamlah dalam pengampunan Tuhan. Biarkan Tuhan membayar dosa-dosa
Anda.


"Tuhan Menghendaki Belas Kasihan, Bukan Persembahan"

Dari pengalaman, orang-orang inilah yang memiliki sikap tidak
mengampuni.
Karena seseorang tidak dapat memberi apa yang ia tidak terima.
Tuhan mengatakan, Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan
persembahan (Matius 9:13).
Tapi ada orang-orang yang menyukai persembahan. Mereka ingin terus
memberi persembahan kepada Tuhan atas dosa-dosa mereka. Dan parahnya,
mereka ingin orang lain juga berkorban untuk dosa-dosa mereka.
Tapi Tuhan menghendaki belas kasihan.
Saya percaya akar dari semua sikap tidak mengampuni adalah ketakutan.
Ketakutan bahwa jika Anda tidak membiarkan “mereka” membayar
kesalahan mereka, Anda tidak akan pernah mendapatkan kembali
kehilangan yang Anda alami.
Tidak mengerti bahwa orang-orang ini tidak akan pernah bisa membayar.
Inilah masalah utamanya: Hanya Tuhan yang bisa membayar Anda.
Saya mengalami pelecehan saat masih anak-anak. Tapi saya telah lama
menyadari bahwa orang yang melecehkan saya tidak dapat membayar saya
kembali. Mereka tidak dapat mengembalikan kemurnian saya. Mereka
tidak dapat mengembalikan 20 tahun penderitaan yang saya alami.
Tapi Tuhan bisa.


"Biarkan Tuhan Membayar Anda"

Tuhan melihat Anda ketika Anda dilukai. Disakiti. Diabaikan.
Jika seseorang mencuri dari Anda, atau menyakiti Anda, bacalah ayat
ini: Karena kamu sudah mendapat malu dua kali lipat, dan noda serta
kehinaan telah menjadi bagianmu, maka kamu mendapat warisan dua kali
lipat di negerimu dan memiliki sukacita abadi (Yesaya 61:7).
Apa yang Tuhan katakan? Ia sedang mengatakan pada Anda, “Biarkan Aku
mengatasi masalahmu. Taruhlah situasi yang engkau hadapi dalam
tanganKu. Aku akan memastikan bahwa engkau akan menerima dua kali
lipat dari kehilangan yang engkau alami. Aku akan memastikan bahwa
engkau akan mendapatkan kembali apa yang telah diambil darimu.”
Selama Anda melepaskan dan mengampuni, Tuhan akan menjadi pembela
Anda.
Dia akan menjadikan kesalahanmu benar.
Dia akan mengembalikan apa yang dicuri oleh musuhmu.
Dia akan memberi nilai yang sama.
Ingat Ayub? Teman-teman Ayub mencoba menghiburnya, tapi mereka juga
mengatakan sesuatu yang sangat menyakitkannya.
Lihatlah apa yang dikatakan Alkitab: Kemudian, setelah Ayub berdoa
bagi ketiga temannya, Tuhan membuat dia kaya kembali dan memberikan
kepadanya dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu (Ayub
42:10).
Jika Anda mengampuni dan berdoa bagi musuh-musuh Anda, bersiaplah
untuk menjadi sangat diberkati!
Ini adalah kisah teman saya, Mark.
Mark meminjamkan 200 juta pada rekan bisnisnya. Itu merupakan suatu
jumlah yang sangat besar bagi teman saya. Tapi rekannya kabur. Hal
ini menghancurkan Mark. Bukan hanya karena soal uang, tapi rasa
dikhianati.
Tapi daripada terus merasa sedih, tinggal di rumah, memikirkan cara
untuk mendapatkan uangnya kembali, Mark memutuskan untuk mengembangkan
usaha kecilnya. Daripada menghabiskan waktunya untuk mengutuk
musuhnya, ia meluangkan waktunya untuk memberkati usahanya.
Setelah setahun, sekarang Mark berpenghasilan 200 juta setiap bulan.
Sejumlah uang yang sama persis dalam kehilangan yang ia alami,
sekarang ia peroleh dalam sekejap.
Dan apa yang terjadi dengan orang yang mencuri uangnya? Dari
selentingan, Mark mendengar kalau orang itu masih kesulitan dalam hal
finansial.
Anda tidak harus melihat bahwa keadilan ditegakkan. Karena alam
semesta diperintah oleh Hukum Timbal-Balik. Apa yang Anda tabur, Anda
tuai.
Baca dengan seksama:
Tidak mau mengampuni berarti Anda mengambil semua persoalan ke tangan
Anda.
Mengampuni berarti Anda menyerahkan semua persoalan ke tangan Tuhan.


"Jalan Berkat"

Saya akan definisikan pengampunan pada Anda: Bersikap baik melampaui
apa yang wajar.
Ya, pengampunan itu gila.
Pada 2 Oktober 2006, Charles Roberts yang berusia 32 tahun memasuki
sebuah sekolah Amish dengan senjata api otomatis.
Ia mengikat kaki para siswi dan siap menembak mereka, dengan gaya
eksekusi.
Sandera tertua, seorang anak berusia 13 tahun, meminta Roberts untuk
“tembak saya dan lepaskan yang lain.” Tapi Roberts tidak
mendengarkannya. Ia menembaki mereka semua dengan 400 butir peluru.
Ia membunuh lima anak perempuan.
Ketika polisi menyerang ke dalam gedung sekolah, Roberts menembak dan
membunuh dirinya sendiri.
Mengapa ia menembaki para siswi? Ia mengatakan pada mereka sebelum
menembak, “Saya marah pada Tuhan karena telah mengambil anak perempuan
saya.”
Dalam sekejap setelah pembantaian massal itu, lebih dari lima puluh
reporter berita datang ke kota kecil itu. Dan apa yang mereka
saksikan sungguh tidak bisa dipercaya.
Setelah pemakaman anak-anak perempuan mereka, seluruh keluarga para
siswi ini mengunjungi pemakaman keluarga dari pembunuh itu.
Mengapa mereka pergi ke sana? Mereka pergi ke sana untuk memberikan
kata-kata pengampunan dan penghiburan kepada jandanya dan ketiga
anaknya.
Jika itu belum cukup mengejutkan, para keluarga ini mengumpulkan uang
bagi keluarga yang ditinggalkan oleh pembunuh itu.
Tidak waras.
Mengapa orang-orang Amish melakukan hal yang tidak bisa dijelaskan
ini?
Karena orang-orang Amish adalah umat Kristiani. Mereka mengikuti
Alkitab yang mengatakan, “Kasih tidak menyimpan kesalahan orang lain.”
Ya, bahkan jika kesalahan itu adalah membunuh anak-anak perempuan
mereka.
Inilah tanda Tuhan dalam hidup Anda. Ketika Anda memperlakukan
dengan baik orang-orang yang tidak layak untuk diperlakukan dengan
baik.
Saya punya kisah kecil saya tentang pengampunan.
Selama lebih kurang 30 tahun dalam pelayanan, saya menerima banyak
kritik. Beberapa mengkritik dengan kasih. Beberapa mengkritik dengan
racun.
Seseorang berkata pada saya, “Bo, lebih baik baca blog ini. Orang
ini menyebutmu pelayan setan.” Saya baca artikelnya. Dan benar,
penulisnya sangat tidak menyukai saya. Ia mengatakan saya membawa
banyak orang ke neraka.
Inilah yang saya lakukan: Daripada menjadi marah, saya berdoa
memberkatinya dan keluarganya.
Ketika saya melakukannya, saya tidak bisa menggambarkan pada Anda
betapa lega dan bahagia yang saya rasakan. Dan saya juga merasakan
sungai berkat Tuhan mulai mengalir lebih lagi dalam hidup saya.
Sekarang giliran Anda.
Miliki sikap mengampuni.
Dan berkati semua yang telah melukai Anda.
Dan percayalah bahwa Anda akan menerima dua kali lipat dari
kehilangan yang Anda alami.


Semoga impian Anda menjadi kenyataan,
Bo Sanchez
(Diterjemahkan oleh: Jessica Jeanne Pangestu)
*) Sumber Millis Bo Sanchez

No comments:

Post a Comment